Best Blogger Tips

Monday, 4 January 2016

Bila ada Terompet Terbuat dari Sampul Al Quran


Ritual Pergantian tahun selain identik dengan kembang api juga tidak bisa dilepaskan dari terompet. Indonesia selaku negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia juga tidak ingin ketinggalan merayakan momen tahun baru. Penggunaan terompet sendiri hingga kini masih meninggalkan perdebatan di kalangan umat muslim. Konon meniup terompet adalah budaya yang berasal dari bangsa Yahudi sehingga umat Muslim dianjurkan untuk tidak meniru. Bila penggunaan terompet saja masih menimbulkan pro kontra, lalu bagaimana ketika terompet tersebut terbuat bersampul dari Al Quran.

Al Quran yang diproduksi masal oleh Kementrian Agama RI pada tahun 2013 itu dijadikan sebagai bahan dalam pembuatan terompet di beberapa tempat di Indonesia. Setidaknya warga dari Kendal, Karanganyar, Banyumas, Bogor, Madura menemukan langsung terompet-terompet tersebut. Ketua MUI Ma'ruf Amin menyatakan bahwa, terompet bersampul Alquran merupakan bentuk penodaan terhadap agama Islam (liputan6.com 29/12). Sebenarnya apakah benar ini suatu bentuk penodaan? Pada kenyataannya juga pihak kepolisian tidak menemukan adanya unsur kesengajaan dalam produksi maupun penjualan terompet berbahan sampul Alquran. Yang terjadi sesungguhnya justru kreativitas memanfaatkan limbah percetakan. Apabila ditilik dari sejarahnya pula, Al Quran dahulu ditulis di kulit pohon, daun, kulit, tulang hingga bebatuan. Pertanyaannya dimanakah semua itu setelah ditemukan kertas? Apakah benar semua disimpan dengan baik, atau juga hilang dialihkan untuk penggunaan yang tidak semestinya? Wallahualam.
Momentum ini sudah sepatutnya menjadi bahan evaluasi semua kalangan. Bukan hanya Kementrian Agama yang terbilang lalai karena tidak ada pengawasan atas program tersebut hingga anggarannya terbuang percuma untuk terompet perayaan tahun baru. Umat Muslim pun juga patut muhasabah/ introspeksi atas kejadian ini. Tidak sedikit dari kita yang melayangkan protes atas kejadian ini, tetapi bukankah kerap juga kita dapati buletin Jumat di masjid-masjid yang terbang terbawa angin hingga terinjak-injak dan berakhir di tong sampah. Bukankah disana juga terdapat ayat-ayat Al Quran yang sering dikutip.
Kini tengoklah di masjid-masjid berjajar dengan gagah deretan Al Quran dalam suatu rak besar. Bukalah rak tersebut dan amati, tak jarang debu tebal menempel di sampulnya, bukti tidak pernah disentuh apalagi dibaca. Tengoklah pula Al Quran yang tertata rapi tetapi hanya jadi pajangan di rumah-rumah. Sekedar kewajiban dan penanda bahwa pemiliknya adalah seorang muslim. Al Quran yang katanya begitu dihormati nyatanya jarang dipelajari oleh sebagian umatnya. Al Furqon yang katanya menjadi pedoman manusia untuk membedakan antara yang haq dan yang bathil sayangnya jarang diamalkan oleh umatnya. Namun, saat sampul Al Quran dijadikan bahan terompet baru umat muslim tergerak, protes, dan kebingungan hingga menyebutnya sebagai penodaan agama. Lalu apakah pengabaikan Al Quran hingga berdebu juga termasuk penodaan agama?
Miris, Al Quran kini dibuat seindah mungkin, dicetak juga sebanyak mungkin tapi tidak pernah dibaca. Sama seperti masjid yang kian hari kian berjibun dan megah tapi juga kian sepi pengunjung. Mari kita bermuhasabah bersama dan mengembalikan marwah Al Quran sebagai pedoman hidup manusia. Bukan hanya dibaca tetapi lebih penting untuk diamalkan.
Bagikan Artikel Ini :

0 comments:

Post a Comment