Best Blogger Tips

Wednesday, 10 December 2014

Dinamika Pergerakan Pers Mahasiswa dalam Pemilu Kampus



Pemilu adalah bagian yang tidak terpisahkan dari suatu pemerintahan yang demokratis. Tidak terkecuali di kampus, pesta demokrasi berupa pemilihan Ketua/Wakil Ketua BEM serta Senat senantiasa berjalan rutin tiap tahunnya. Meskipun pada kenyataannya perhelatan akbar ini tidak menarik perhatian setiap penghuni kampus tetapi menarik untuk dibahas bagaimana dinamika pers kampus berjalan ditengah kontestasi politik.

Pada hakikatnya peran pers kampus kini bukan hanya berfungsi melayani hak publik untuk tahu (right to know) dan memperoleh informasi (right to information), tetapi juga untuk menyampaikan gagasan maupun aspirasinya secara kritis terhadap pelbagai pihak. James Curran dalam buku media and power menyatakan peran media dalam sistem politik demokratis sebagai Watchdog role, Information and Debate, dan Voice of The People. Lalu bagaimana dalam praktiknya di kampus?

Mereka (yang mengaku anggota pers mahasiswa) berpotensi menjadi corong untuk kepentingan politik pencitraan pihak tertentu. Entah sadar atau tidak seringkali mereka dikooptasi kekuatan politik yang tengah berjalan. Beberapa tindakan seperti bergabung dengan timses atau promosi via social media seperti twitter, path, bbm, line, dll secara tidak langsung juga dapat dinilai sebagai branding terhadap para calon. Sepertinya mobilisasi opini dengan persaingan dan dukungan telah meruntuhkan nilai-nilai idealisme pers kampus yang seperti ini.  Padahal tindakan semacam ini mejadi representasi dari integritas pers kampusnya karena mereka sendiri notabene adalah anak persma. Secara tidak langsung oknum-oknum ini telah membunuh independensi pers yang sebelumnya mereka selalu dengung-dengungkan dalam pileg dan pilpres Indonesia tahun ini. Pada tahap ini peran media dalam sistem politik demokratis sebagai Watchdog role, Information and Debate, dan Voice of The People telah tersandera oleh kepentingan politik yang ada.

Tulisan ini adalah peringatan kepada para mahasiswa yang mengaku sebagai bagian dari pers kampus untuk menegakkan etik peraturan. Kepada mereka yang berteriak dan mempertanyakan independensi pers dalam pemilihan presiden 2014 tetapi kini justru memainkan peran yang kontraproduktif dalam pesta demokrasi kampusnya. Ungkapan-ungkapan miring perihal independensi pers kini tertuju pada mereka pers kampus yang tidak mampu menjaga amanahnya.

 Independensi media adalah barang mahal ketika terjadi tarik menarik ikatan pertemanan dan persahabatan terjadi dalam pertarungan pemilu kampus. Apalagi ketika yang menjadi peserta pemilu adalah teman karib, teman satu organisasi, teman ekstra atau bahkan saudara sendiri. Namun, barang mahal bukan berarti tidak bisa dimiliki. Disisi lain masih banyak juga terdapat anggota pers kampus yang memiliki barang mahal tersebut, memegang teguh nilai-nilai independensi demi mewujudkan profesionalisme kerja sejak dini. Seorang negarawan Amerika Serikat, Thomas Jefferson, pernah  berujar mengenai peran pers  ”When it is left me to decide whether we should have a government without newspapers, or newspapers without government, I should not hesitate to prefer the letter”. Akhir kata, bagaimana peran pers kampus anda?
Bagikan Artikel Ini :

0 comments:

Post a Comment